Kata Pengantar
Rasa syukur kami ucapkan atas
kehadirat Tuhan Yang Maha Pemurah Allah SWT, karena berkat kemurahan-Nya makalah
ini dapat kami selesaikan sesuai dngan apa yang kami harapakan. Dalam makalah
ini yang menjadi pokok pembahasan kami adalah :
“Peran Manajer Dalam Mengelola
Konflik Organisasi”
suatu pembahasan yang menitik beratkan pada peranan manajer
terutama dalam mengelola konflik baik itu konflik vertikal maupun konflik
horizontal.
Makalah ini dibuat dalam rangka
memperdalam pemahaman tentang peranan manajer dalam mengelola konflik
organisasi sehingga hasilnya dapat menjadi masukan serta pengetahuan yang
dapat dipelajari.
Demikian makalah ini kami buat
semoga bermanfaat khususnya untuk penulis, maupun pembaca, serta masyarakat
luas.
Yogyakarta , Oktober 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peranan manajer dalam suatu
organisasi itu sangatlah penting karena keberadaan manajer yaitu menjadi palang
pintu atau menjadi salah satu ujung tombak dari keberhasilan dalam
berorganisasi. Salah satu tugas atau peran majaner yaitu harus bisa mengelola konflik
dalam organisasi yang dipimpinnya sehingga setiap konflik itu bisa diselesaikan
dengan baik dan tidak ada yang merasa dirugikan. Manajer adalah Manajer adalah
seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan
kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi. Posisi manajer menjadi sangat krusial bila Direktur atau
Deputy dan diharapkan mempunyai peranan dalam meningkatkan serta menjaga
keseimbangan dalam organisasi. Bak panglima perang di era global yang sarat
kompetisi, seorang manajer mengemban tugas menjamin ketersediaan, keakuratan,
ketepatan, dan keamanan informasi serta pengaturan organisasi yang baik serta
yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sekaligus
meningkatkan eksistensi organisasi di tengah-tengah lingkungannya. Keberhasilan
menjalankan tugas ini mensyaratkan manajer mempunyai kemampuan multidisiplin,
antara lain: teknologi, bisnis, dan manajemen, serta kepemimpinan.
Berbagai kemampuan tersebut memang
harus dimiliki oleh seorang manajer. Apalagi, tantangan sebagai manajer
tidaklah ringan. Pertama, implemetansi organisasi memerlukan proses
transformasi baik proses perkembangan suatu organisasi. Di sini informasi
adalah hasil pengolahan data yang relevansinya sangat tergantung kepada waktu.
Kedua, kesiapan SDM untuk dapat memanfaatkan peluang yang memerlukan
pengembangan kompetensi baru dan disiplin. Ketiga, pengelolaan perubahan
(change management) baik yang sifatnya sistemik maupun ad hoc. Selain itu
manajer harus mencari solusi menyusul dampak dari perubahan.
Empat sifat umum yang mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yakni :
(1) Kecerdasan, artinya pemimpin
harus memiliki kecerdasan lebih dari pengikutnya, tetapi tidak terlalu banyak
melebihi kecerdasan pengikutnya.
(2) Kedewasaan dan keluasan hubungan
sosial, artinya seorang pemimpin harus memiliki emosi yang stabil dan mempunyai
keinginan untuk menghargai dan dihargai orang lain.
(3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi,
sehingga pemimpin akan selalu energik dan menjadi teladan dalam memimpin
pengikutnya.
(4) Sikap-sikap hubungan
kemanusiaan, dalam arti bahwa pemimpin harus menghargai dan memperhatikan
keadaan pengikutnya, sehingga dapat menjaga kesatuan dan keutuhan pengikutnya.
Selain itu seorang manajer harus
mampu mengelola konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dan dapat mencari
win-win solution sehingga kerjasama tim bisa berjalan dengan baik.
Pemimpin harus memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
- Kemampuan analitis (analytical
skills), yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi
bawahan dalam melaksanakan tugas.
- Kemampuan untuk fleksibel
(flexibility atau adaptability skills), yaitu kemampuan untuk menerapkan
gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap siatuasi.
- Kemampuan berkomunikasi
(communication skills), yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan
tentang perubahan gaya kepemimpinan yang Anda terapkan.
Ketiga kemampuan diatas sangat
dibutuhkan bagi seorang manajer, sebab seorang manajer harus dapat melaksanakan
tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi
(information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making)
(Gordon, 1996 : 314-315). Peran pertama meliputi meliputi peran figurehead
(sebagai simbol dari organisasi), leader (berinteraksi dengan bawahan,
memotivasi dan mengembangkannya), dan liaison (menjalin suatu hubungan kerja
dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi). Sedangkan peran kedua
terdiri dari tiga peran juga yakni monitor (memimpin rapat dengan bawahan,
mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan),
disseminator (menyampaikan infiormasi, nilai-nilai baru dan fakta kepada
bawahan) serta spokesman (juru bicara atau memberikan informasi kepada
orang-orang diluar organisasinya). Adapun peran ketiga terdiri dari empat peran
yaitu entrepreneur (mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi),
disturbance handler (mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang
dalam keadaan menururn), resources allocator (mengawasi alokasi sumber daya
manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadualan, memprogram
tugas-tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan), serta negotiator
(melakukan perundingan dan tawar menawar).
Dalam perspektif yang lebih
sederhana, Morgan (1996 : 156) mengemukakan tiga macam peran pemimpin yang
disebutnya dengan “3A”, yakni alighting (menyalakan semangat pekerja dengan
tujuan individunya), aligning (menggabungkan tujuan individu dengan tujuan
organisasi sehingga setiap orang menuju kearah yang sama), serta allowing
(memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara mereka
bekerja). Manager:Seseorang yang bekerjadengan dan melaluiorang
lain,mengkoordinir aktifitaskerja mereka untukmencapai suatu tujuanorganisasi.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah
tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi “Bagaimana
Peranan Manajer Dalam Megelola Konflik Organisasi”.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Manajer
Manajer adalah seorang yang memiliki
tanggung jawab seluruh bagian pada suatu perusahaan atau organisasi. Manajer
memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa. Pada
perusahaan yang berskala kecil mungkin cukup diperlukan satu orang manajer
umum, sedangkan pada perusahaan atau organisasi yang berkaliber besar biasanya
memiliki beberapa orang manajer umum yang bertanggung-jawab pada area tugas
yang berbeda-beda.
Tingkatan manajer
Pada organisasi berstruktur
tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer
tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk
piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di
puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas:
- Manejemen lini pertama (first-line
management)
dikenal pula dengan istilah
manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang
bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam
proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift,
manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
- Manajemen tingkat menengah (middle
management)
mencakup semua manajemen yang berada
di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai
penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya
kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
- Manajemen puncak (top
management)
dikenal pula dengan istilah executive
officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum
dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief
Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief
Financial Officer).
Meskipun demikian, tidak semua
organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida
tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana,
dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah,
berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan
pekerjaan.
2.
Etika
manajerial
Etika manajerial adalah standar
prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada tiga kategori
klasifikasi menurut Ricky W. Griffin:
- Perilaku terhadap karyawan
- Perilaku terhadap organisasi
- Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
3.
Pengertian
Konflik Organisasi
Menurut Baden Eunson (Conflict
Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis konflik:
a) Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti
antara manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah dan
penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi
sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja
organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
b) Konflik Horisontal yang terjadi di antara orang-orang yang
bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk
konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi
dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan pemasaran.
c) Konflik di antara staf lini yang terjadi di antara orang-orang
yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan
divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap akan efektif apabila bahan baku
dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu
berulang-ulang. Sementara divisi keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil
karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara divisi produksi dan divisi
pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai permintaan
pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah produksi secara
terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang akhli dan teknologi yang
tepat.
d) Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya
dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak
lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang
manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.
4.
Faktor
penyebab konflik
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,
seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung
pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang
merasa terhibur.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan,
masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal
pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian
dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi
mereka untuk membuat kebun atau ladang.
Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor
guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas
terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok
dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang
terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh
menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan
yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha
mereka.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim
dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan
mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya,
pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak
akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi
nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi
hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah
menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam
dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan
akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Penyebab Konflik
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain
sebagai berikut:
- Batasan pekerjaan yang tidak
jelas
- Hambatan komunikasi
- Tekanan waktu
- Standar, peraturan dan
kebijakan yang tidak masuk akal
- Pertikaian antar pribadi
- Perbedaan status
- Harapan yang tidak terwujud
Pengelolaan
Konflik
-
Konflik
dapat dicegah atau dikelola dengan :
- Disiplin :
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan
mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami
peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus
mencari bantuan untuk memahaminya.
- Pertimbangan Pengalaman dalam
Tahapan Kehidupan
:
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk
mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya :
perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi
dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
- Komunikasi :
Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang
terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk
menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam
kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
- Mendengarkan secara aktif :
Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk
mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah
memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan
para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.
Teknik
Atau Keahlian Untuk Mengelola Konflik
Ada beberapa pendekatan dalam resolusi konflik yaitu
tergantung pada :
- Konflik itu sendiri
- Karakteristik orang-orang yang
terlibat di dalamnya
- Keahlian individu yang terlibat
dalam penyelesaian konflik
- Pentingnya isu yang menimbulkan
konflik
- Ketersediaan waktu dan tenaga
Strategi
Dalam Menyiasati Konflik
a)
Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan
jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika
potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam
konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu
untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
b) Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain
untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut
penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan
memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi
bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan
kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
c) Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya
bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding
yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda.
Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting
untuk alasan-alasan keamanan.
d) Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan
menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima,
serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
e) Memecahkan Masalah
atau Kolaborasi
1. Pemecahan sama-sama menang dimana
individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
2. Perlu adanya satu komitmen dari
semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu
sama lainnya.
Petunjuk
Pendekatan Situasi Konflik
-
Ada
beberapa pendekatan situasi konflik, diantaranya :
- Diawali melalui penilaian diri
sendiri
- Analisa isu-isu seputar konflik
- Tinjau kembali dan sesuaikan
dengan hasil eksplorasi diri sendiri.
- Atur dan rencanakan pertemuan
antara individu-individu yang terlibat konflik
- Memantau sudut pandang dari
semua individu yang terlibat
- Mengembangkan dan menguraikan
solusi
- Memilih solusi dan melakukan
tindakan
- Merencanakan pelaksanaannya
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa peran manajer dalam mengelola konflik dalam suatu organisasi
itu sangan penting diantaranya:
- Manajer sebagai mediator dalam
memecahkan masalah
- Manajer sebagai konsultan
terhadap bawahan
- Manajer sebagai motivator
terhadap organisasinya
- Manajer mempunyai peran penting
dalam pengambil keputusan
- Seorang manajer diharuskan bisa
menguasai semua permasalahan dan dapat diselesaikan dengan musyawarah dan
pemikiran yang baik sebelum memutuskannya.
Selain itu seorang manajer juga
diharapkan bisa menjadi teman sekaligus sebagai orang tua dalam organisasi
sehingga dengan keadaan seperti itu perkembangan organisasi bisa diciptakan
dengan baik dan dapat mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi dalam
organisasinya.
BAB IV
KEPUSTAKAAN
- Griffin, R. 2006. Business,
8th Edition. NJ: Prentice Hall.
- Robbins, Stephen dan Mary
coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
- M. Herujito, Yayat. 2006. Dasar-dasar
Manajemen, Jakarta: PT. Grasindo.
- K. Rampersad. Hubert, 2006. Total
Performance Scorecard. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
- A. Judge. Timothy dan Stephen
P. Robbins. 2008. Prilaku Organisasi, Edisi 12. Jakarta: Salemba
Empat.
- Yayasan Obor Indonesia, 2004. Metode
Penelitian Keperpustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- Santana, Septiawan, 2007. Menulis
Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia.
- Peran manajer from: www.wikipedia.org
- Tugas dan wewenang manajer
from: www.google.com
·
http://faisal14.wordpress.com/2010/02/01/contoh-makalah-peran-manajer-dalam-mengelola-konflik-organisasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar